Minggu, 27 November 2011

Apakah Harga Emas akan TURUN?

AS sebagai salah satu barometer ekonomi dunia saat ini hidup dengan gali lobang tutup lobang. Rating utangnya di mata S&P diturunkan menjadi AA+ dari yang sebelumnya AAA dengan outlook negatif. Ini terjadi setelah 70 tahun lamanya AS selalu dirating dengan AAA. Pada saat timbul ketidakpastian pasar dan ekonomi, maka emas selalu diburu karena karakternya yang adil, tidak kosmetik. Dan terus melambunglah harganya.

Ketika harga emas terus menanjak seperti saat sekarang (dan mungkin nanti terus berlanjut), banyak saudara, kawan dan pelanggan yang bertanya, “apakah ada kemungkinan harga emas turun?” Karena ini tetap instrument investasi, tentu saja jawabannya bisa turun, hanya pertanyaanya adalah kapan?. Kalau kita melihat statistik harga emas dunia selama ini, penurunan dasyat terjadi ditahun 80-an dan tahun 2008 kemarin. Seperti peristiwa melorotnya harga emas. Sementara penurunan tajam yang terjadi beberapa minggu yang lalu lebih kepada koreksi sehat karena harga jual emas dunia yang saat itu sempat naik tajam sekali menembus level resistan. Sementara dengan ketidakpastian kondisi ekonomi dunia dan melemahnya bursa dunia, emas bisa dipakai sebagai alternatif pengimbang (baca: diversifikasi) portofolio kita.


Jawabannya sederhana: kemungkinan harga emas turun selalu ada! Apa yang naik, pasti akan mengalami keletihan untuk kemudian mengambil nafas, turun sejenak dan kembali melanjutkan pendakian selama belum ada perubahan yang signifikan terhadap tata kelola ekonomi dunia.
Pertanyaan berikutnya adalah kapan akan turunnya? Dan seberapa turun angkanya? Ini yang sungguh sulit untuk dijawab.
Pertanyaan tambahan lainnya, apakah ketika harga emas dunia turun, maka akan serta merta harga emas Antam juga akan turun?

Banyak orang yang pesimistis dan mengatakan kenaikan emas tidak ada hitungan fundamentalnya. Beberapa 'orang-orang pintar' bahkan mengatakan emas tidak bisa divaluasi, serta jumlahnya (kapitalisasi) yang tidak sebanyak instrumen keuangan lainnya seperti saham dan obligasi menyebabkan emas menjadi volatile. Pendapat tersebut sah-sah saja, karena orang bebas berpendapat, tapi yang tidak bisa dipungkiri adalah ketika cincin emas yang saya buat ditahun 1995 seharga tidak sampai Rp 1 juta, ditahun 2005 ditawar toko emas diharga Rp. 10 juta. Anda bisa hitung sendiri berapa return hasil investasinya. Hitungan fundamental dan lain-lainnya memang penting, akan tetapi hasil akhirnya adalah, berapa harga emas ketika kita beli dan berapa harga emas ketika kita jual yang akan menentukan kenaikan aset kita.

So? Masih kebanyakan mikir untuk investasi di emas?