Rabu, 07 Desember 2011

Apakah benar Harga Emas Susah Turun?

Sekitar tiga tahun ini, emas menjadi instrumen investasi yang digandrungi. Harga emas meroket tajam, dan mengundang para pencari untung untuk berinvestasi atau pun berspekulasi di emas.

Mengapa emas cenderung susah turun? Berikut ini beberapa analisanya.
Rata-rata kenaikan emas pada periode 2009-2011 sekitar 26 persen per tahun. Setiap tahun emas selalu mencetak rekor harga baru. Pada tahun 2011 ini, rekor harga emas ada di 1.920 dollar AS per troy ons.
Head of Research and Analysis PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, menyatakan, kenaikan harga emas tidak lepas dari kondisi ekonomi dunia saat ini yang dipenuhi ketidakpastian.
"Para investor atau pelaku pasar menjadikan emas sebagai sarana lindung nilai atau aset safe haven. Ketika keadaan ekonomi tidak kondusif, emas akan diburu," kata Ariston di Jakarta, Senin (5/12/2011).
Nah, sepanjang tiga tahun ini pula, krisis ekonomi global masih menjadi kekhawatiran para investor. Terakhir ini adalah kemungkinan krisis ekonomi global akibat krisis hutang di zona euro. Krisis di zona euro masih belum berakhir, kemungkinan besar masih akan berlanjut di tahun depan.
"Harga emas diperkirakan masih akan nyaman untuk naik lagi atau paling tidak bertengger di level atas," kata Ariston.

Selain itu, tahun depan kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) akan meluncurkan kebijakan pelonggaran kuantitatif lagi, yang istilah awamnya melakukan pencetakan uang baru untuk membantu memulihkan perekonomian AS.
Aksi ini tentunya akan melemahkan nilai mata uang dollar, dan akan membantu menaikkan harga emas. Harga emas biasanya mempunyai korelasi yang negatif dengan dollar AS, karena harga emas dinilai dalam dollar AS.
Bila dollar AS menguat, harga emas akan turun dan sebaliknya bila dollar AS melemah, harga emas akan naik.

Masih ada lagi faktor fundamental pendukung kenaikan harga emas yaitu tren kenaikan kepemilikan emas di bank-bank sentral dunia.
Beberapa bank sentral seperti China, India, Rusia, dan yang terkini Korea Selatan, berusaha meningkatkan cadangan emasnya untuk mendiversifikasi cadangan moneternya sebagai pemilik emas terbanyak dunia. Tingginya permintaan, meningkatkan harga emas.

Minggu, 27 November 2011

Apakah Harga Emas akan TURUN?

AS sebagai salah satu barometer ekonomi dunia saat ini hidup dengan gali lobang tutup lobang. Rating utangnya di mata S&P diturunkan menjadi AA+ dari yang sebelumnya AAA dengan outlook negatif. Ini terjadi setelah 70 tahun lamanya AS selalu dirating dengan AAA. Pada saat timbul ketidakpastian pasar dan ekonomi, maka emas selalu diburu karena karakternya yang adil, tidak kosmetik. Dan terus melambunglah harganya.

Ketika harga emas terus menanjak seperti saat sekarang (dan mungkin nanti terus berlanjut), banyak saudara, kawan dan pelanggan yang bertanya, “apakah ada kemungkinan harga emas turun?” Karena ini tetap instrument investasi, tentu saja jawabannya bisa turun, hanya pertanyaanya adalah kapan?. Kalau kita melihat statistik harga emas dunia selama ini, penurunan dasyat terjadi ditahun 80-an dan tahun 2008 kemarin. Seperti peristiwa melorotnya harga emas. Sementara penurunan tajam yang terjadi beberapa minggu yang lalu lebih kepada koreksi sehat karena harga jual emas dunia yang saat itu sempat naik tajam sekali menembus level resistan. Sementara dengan ketidakpastian kondisi ekonomi dunia dan melemahnya bursa dunia, emas bisa dipakai sebagai alternatif pengimbang (baca: diversifikasi) portofolio kita.


Jawabannya sederhana: kemungkinan harga emas turun selalu ada! Apa yang naik, pasti akan mengalami keletihan untuk kemudian mengambil nafas, turun sejenak dan kembali melanjutkan pendakian selama belum ada perubahan yang signifikan terhadap tata kelola ekonomi dunia.
Pertanyaan berikutnya adalah kapan akan turunnya? Dan seberapa turun angkanya? Ini yang sungguh sulit untuk dijawab.
Pertanyaan tambahan lainnya, apakah ketika harga emas dunia turun, maka akan serta merta harga emas Antam juga akan turun?

Banyak orang yang pesimistis dan mengatakan kenaikan emas tidak ada hitungan fundamentalnya. Beberapa 'orang-orang pintar' bahkan mengatakan emas tidak bisa divaluasi, serta jumlahnya (kapitalisasi) yang tidak sebanyak instrumen keuangan lainnya seperti saham dan obligasi menyebabkan emas menjadi volatile. Pendapat tersebut sah-sah saja, karena orang bebas berpendapat, tapi yang tidak bisa dipungkiri adalah ketika cincin emas yang saya buat ditahun 1995 seharga tidak sampai Rp 1 juta, ditahun 2005 ditawar toko emas diharga Rp. 10 juta. Anda bisa hitung sendiri berapa return hasil investasinya. Hitungan fundamental dan lain-lainnya memang penting, akan tetapi hasil akhirnya adalah, berapa harga emas ketika kita beli dan berapa harga emas ketika kita jual yang akan menentukan kenaikan aset kita.

So? Masih kebanyakan mikir untuk investasi di emas?